Sudah lima hari gue nggak masuk kerja dikarenakan gue sakit. Sakit apa? Ada deh, hehe. Selama lima hari pula gue harus istirahat di rumah. Istirahat cuma jadi judul karena meski istirahat pun gue nggak bisa lepas dari handphone karena harus tetap kontrol aktivitas di kantor dan ngerjain kerjaan yang bisa dikerjain dari rumah. Pikiranpun jadinya nggak tenang. Nah, karena nggak tenang ini so i need a short escape. Short escape apa yang bisa gue lakukan saat waktu hanya boleh gue habiskan di rumah saja? Yes, definitely. Apalagi kalau bukan menonton film.
Eh iya, cara menonton film gue sekarang nggak seperti biasanya nih. Bagi yang pernah baca tulisan gue pasti tahu bagaimana cara gue memilih film untuk ditonton. Bagi yang belum, gue kasih tahu. Gue memilih film berdasarkan instinct and didn't watch any trailer and synopsis of them. Masalahnya, jujur aja, semenjak balik ke Jakarta dan sekolah lagi, nonton film dan menulis udah pindah ke urutan paling bawah untuk mengisi waktu senggang. Jadi gue butuh semacam "ilmu" baru untuk menonton film, terpaksa dengan baca sinopsisnya.
Film yang baru gue tonton kemarin malam adalah hasil referensi gue di @moronmovie, sebuah akun Instagram yang isinya reviewing movies. Primal Fear adalah salah satu dari deretan film yang punya plot twist terbaik versi mereka. Sebelumnya gue sudah nonton The Vanishing (1988), juaranya. Kenapa gue tertarik nonton Primal Fear karena yang main Richard Gere. Gue jarang banget nonton filmnya. Yah, selain film-film lain adalah film foreign language, hehe.
Primal Fear adalah film jaman dulu, tahun 1996 yang diangkat dari novel karangan William Diehl yang menceritakan seorang pengacara kondang bernama Martin Vail (Richard Gere), mantan jaksa yang membela tersangka kasus pembunuhan seorang uskup di kotanya bernama Rushman. Tersangkanya bernama Aaron Stampler yang diperankan oleh Edward Norton (Birdman, 2014). Marty, panggilan orang-orang disekitarnya untuk Martin Vail, sangat yakin bahwa Stampler tidak bersalah. Sampai-sampai dia tidak menarik biaya apapun dari Stampler untuk jasanya.
Aaron Stampler adalah seorang anak altar gagap yang diambil dari jalanan oleh si Uskup Rushman. Tampilannya sangat polos. Namun saat dia ditangkap dan dijadikan tersangka, Stampler sama sekali nggak polos. Badan dan bajunya bersimbah darah si Uskup. Jejaknya ada di TKP dan sidik jarinya pun ada di barang bukti. Meski begitu, Marty tetap yakin bahwa dia nggak bersalah. Ditambah lagi dengan cerita Stampler ke Marty bagaimana dia bisa ada di kamar Uskup Rushman saat kejadian. Seakan tertutup matanya, Marty mempercayai firasatnya tanpa peduli omongan dari timnya. Dari sana, cerita bergulir.
Aaron Stampler saat tertangkap |
Pertama kali Martin Vail bertemu dengan Aaron Stampler |
On court |
Film ini di sutradarai oleh Gregory Hoblit. Nggak ada film atau serial yang pernah dia direct pernah gue tonton sih. Tapi diliat dari judulnya, film dan serialnya berbau kriminal semua. So, i can tell you that dia spesialis film-film penuh teka-teki macam begini. Then what do you feel nonton Edward Norton masih muda? Tua aja ganteng, gimana masih muda, hehe. Aktingnya tidak perlu diragukan lagi. Cocok dengan karakter Aaron Stampler. Apalagi saat twist-nya terjadi. He nailed it. Salut untuk tim audisi film ini. Dari alur cerita, gue tidak menemukan masalah. Film ini sebenarnya menampilkan banyak masalah yang dimampatkan menjadi satu frame yang menarik, dari pemeran utama maupun pembantu semuanya terhubung. Skandal yang tidak terduga dan menjadi motif pembunuhan juga cukup membuat terkejut. Primal Fear memperhatikan detail. Jadi jangan disambi sambil melakukan aktivitas lain karena bukan hanya juri persidangan dalam film ini yang harus teliti tapi kita juga. By the way, gue agak ngilu saat tangan si Uskup dipotong. Aw!
Edward Norton sebagai Aaron Stampler |
Richard Gere sebagai Martin Vail |
Perasaan seperti "kapan selesainya sih?" atau "ini ending-nya gimana sih?" udah pasti muncul saat lo nonton ini. Kita dibuat penasaran sampai akhir, benar-benar akhir. Mungkin akan ada beberapa orang yang saat nonton ini sudah menyiapkan ekspektasi yang rendah alias mudah ketebak ceritanya. Tapi bagaimana ketebaknya itu yang bikin gemas. Gemas in a good way, hehe.
Buat lo yang suka film dengan plot sejenis Gone Girl, wajib nonton ini. Belum nonton Gone Girl? Silahkan baca review gue dulu sebelum nonton disini. Score di IMDb 7,7/10 dan di Rotten Tomatoes 74% penonton suka sama film ini. Happy saturday night, pal!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar