Siapa Dia

Senin, 30 Maret 2015

Good Bye, Mbak Irah!

Jadi, pagi ini gue terbangun cukup pagi yaitu sebelum subuh. Gue berniat puasa hari ini jadi setelah bangun tidur gue langsung beranjak ke dapur dan mengambil makanan seadanya sisa makan malam. Entah kenapa pagi ini jiwa babu rajin gue timbul. Setelah sholat subuh, gue matikan lampu teras, gue buka pintu rumah, gue buka gorden jendela, dan mulai membersihkan rumah. Cuci piring, menyapu dari bagian belakang rumah sampai garasi dan mengepel dengan gesit seisi rumah. My mood is great this morning.

Jiwa babu rajin gue tidak tetiba timbul begitu saja. Perasaan ini timbul setelah beberapa hari yang lalu gue memutuskan untuk  memberhentikan Mbak Irah dari jabatannya di rumah. Bagi yang nggak tahu Mbak Irah itu siapa, dia adalah tangan kanan, kiri, dan kaki alias PRT (Pembantu Rumah Tangga) pulang-pergi gue di rumah Jember. Mbak Irah sudah kerja mulai dari awal gue tinggal di rumah Jember sekitar tahun 2012 kalau tidak salah. Jadi dia sudah kerja sekitar 2 tahun lebih atau hampir 3 tahun.

Dari sekian PRT yang di-hire oleh kedua kakak gue di Jember, Mbak Irah adalah yang terlama. Sebelumnya saat kakak-kakak gue masih mengontrak, mereka beberapa kali ganti PRT katanya dan Mbak Irah ini yang bertahan dalam waktu tahunan. Mbak Irah orang yang baik dan dapat dipercaya jadi kami semua betah saja.

Sebenarnya sudah dari dua bulan yang lalu niat gue muncul untuk memberhentikan Mbak Irah. Cuma baru kali ini terealisasi karena kepulangan gue ke Pamulang sudah bisa diprediksi dan gue sudah yakin bahwa kesibukan skripsi dan kuliah lainnya masih bisa dikerjakan dengan baik meski dibarengi dengan mengurus rumah juga kedepannya. Maka dari itu menurut gue sekarang adalah waktu yang tepat untuk melancarkan niat tersebut. Hari jumat kemarin gue bicara dengan Mbak Irah dan bersyukur sekali dia nggak marah dan keluar dari rumah dengan senyuman. Ya nggak tahu lagi kalau diperjalanan pulang ke rumahnya ya.

Dua hal yang bakal gue ingat selalu tentang Mbak Irah adalah nasi benyek alias kebanyakan air khasnya dan masuk ke rumah bagai hantu tanpa salam. Terimakasih ya Mbak Irah atas jasamu. Berkat kepergianmu, saya mengerti capeknya jadi PRT seperti apa sekarang. Hahaha. Good Bye, Mbak. Sampai Jumpa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar