Saya ingat, pada tahun 2013 muncul satu film yang sempat jadi bahan perbincangan di dunia maya dan para pecinta film karena banyak masuk nominasi dan menang di berbagai award. Sebuah film Sci-fi yang tak biasa. Tak ada adegan perkelahian di luar angkasa, jejeran laptop canggih, atau tangan robot disana-sini. Sebuah film drama cinta sederhana sesederhana judulnya namun sangat dalam.
Saya sudah sejak lama ingin menonton film ini. Film yang judulnya terdiri dari tiga huruf dan posternya yang memajang wajah close up si pemain utama, Joaquin Phoenix yang memiliki mata berwarna hijau pucat. Dua hal tersebut yang membuat saya penasaran sejak lama. Akhirnya, siang tadi saya tonton film ini lewat laptop saya. Hooray!
Saya terbiasa dengan tidak membaca review atau sinopsis sebuah film saat saya sedang memilih mau menonton film apa. Trailer pun hanya beberapa film saja yang saya lihat, seringnya tidak pernah. Jadi film yang saya tonton atau pilih rata-rata hanya karena tebak-tebak penasaran, mendengar apa kata teman-teman, atau yang sedang ramai diperbincangkan di sosial media dan dibahas di banyak portal berita. Seperti film Her, saya nggak tahu banyak tentang film ini sebelum saya tonton. Saya cuma tahu film ini mirip dengan film Ruby Sparks (2012), film yang menceritakan pria yang jatuh cinta dengan tokoh khayalannya.
Film Her disutradarai dan ditulis oleh Spike Jonze yang banyak membuat film pendek dan dokumenter. Film ini berkisah tentang seorang pria bernama Theodore yang sedang patah hati karena perceraiannya dengan istrinya, Catherine (Rooney Mara). Ditengah perasaannya yang sedang gundah, muncullah Samantha (Scharlett Johanson), sebuah operating system yang disebut OS 1. Samantha adalah teknologi mutakhir yang memiliki kesadaran, mampu berkembang, dan berinteraksi dengan penggunanya. Samantha membuat Theodore nyaman ditengah kesendiriannya yang kemudian membuat Theodore jatuh cinta dengan Samantha. Dari situlah cerita mulai bergulir.
Film ini sangat menyentuh. Kata-kata manis Theodore saat menulis surat, ketulusannya pada Samantha, bagaimana patah hatinya Theodore bercerai dengan Cathrine, semuanya sangat lembut. Sinematografi yang oke dan settingnya yang bernuansa orange membuat mata saya nggak ngotot nonton selama 126 menit dan tentu menambah manisnya film ini. Film romantis menyedihkan yang dibalut kecanggihan teknologi modern. Kenapa saya bilang menyedihkan karena film ini mengingatkan saya dengan cinta jarak jauh yang cuma bisa mendengarkan suara orang yang kita sayang lewat telfon atau lainnya. Menyedihkan tapi romantis. Saya nggak heran kenapa film ini mendapat review yang baik dari para kritikus.
Skor film Her dibeberapa situs film diatas angka 8 semua. This movie is really worth to watch. Apalagi buat orang-orang yang sedang menikmati malam minggunya di rumah, cocok banget nonton ini.
So, happy saturday night, you guys!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar