Beberapa hari ini saat ngumpul sama teman-teman nggak sengaja obrolan nyasar ke soal isu pendidikan yang lagi heboh di Indonesia. Biasalah, ngumpul sama mahasiswa akhir dan mahasiswa tengah-tengah ada untungnya juga jadi nggak terlalu ketinggalan berita. Iya, isu pendidikan yang lagi bikin gusar saat ini adalah masa kuliah S1 dan S2 akan dimampatkan masing-masing menjadi 5 tahun dan 4 tahun.
Gue sempat bingung alasan apa yang ngebuat Dikti merubah hal ini. Gini, mahasiswa yang nggak bisa lulus (baru) ditahun ke 5 di drop out. Kemudian S2 jauh diperketat menjadi 4 tahun. Anggap sama lah S2 dengan S1. Kalau dipikir-pikir antara enak dan susah ya.
Semalem gue baru cari-cari berita tentang ini. Benar apa nggak, gosip saja atau beneran. Ternyata sudah di ketok palu. Putusan ini dimasukkan ke dalam Permendikbud 49 Tahun 2014. Dari berita yang gue dapet sih belum tahu putusan ini kapan direalisasikna. Tahun ajaran baru sekarang sudah dimulai dibeberapa perguruan tinggi. Permendikbud ini bisa saja dimulai tahun ini atau menunggu tahun ajaran baru tahun depan.
Dari berita yang gue dapet, alasan dimampatkannya waktu kuliah S1 menjadi 5 tahun terkait dengan kurikulum. Salah satunya adalah beban SKS 8 semester nanti minimal 144 SKS. Kalau di kurikulum lama kampus gue yang baru ganti, 144 jelas lebih sedikit dari beban SKS kami yang sebelum diganti menjadi sekitaran 144 SKS adalah 150-an SKS. Jadi, idealnya sudah bukan 4 tahun lulus tapi 3,5 tahun lulus. Selain itu adalah membuka lebih banyak kesempatan masuknya mahasiswa baru, dan dampak yang diharapkan nanti mampu memotivasi mahasiswa agar lebih giat belajar dan menyegerakan menuntaskan kuliahnya, juga menghemat dana yang perlu dikeluarkan. This is what our parents want.
Buat mahasiswa kesehatan seperti gue, gue pribadi setuju mengenai pemotongan masa kuliah ini. Karena kuliah gue membutuhkan studi tambahan yaitu studi profesi apoteker selama 1 tahun, bila masa studi S1 dipersingkat maka apoteker-apoteker muda yang lulus dan siap kerja juga akan lebih banyak. Kedepannya jelas mempengaruhi perkembangan dunia farmasi dan kesehatan di Indonesia sedikit banyak. Tapi hal ini bisa jadi sebaliknya, lulusan sarjana menjadi lebih cepat bertambah dibanding sebelumnya yang kemungkinan bengkaknya jumlah pengangguran bisa terjadi. Masalah ini nih yang perlu diantisipasi sama pemerintah supaya kesiapan kerja lulusan sarjana ini bisa disalurkan dengan baik karena walaupun enterpreneurship sudah ditanamkan di bangku kuliah, tetap saja kecenderungan sarjana kita masih bekerja untuk orang lain.
Yah.. harapan semua orang pasti sama seperti gue, semoga putusan ini bisa berjalan dengan baik dan dampak positifnya lebih banyak dibanding dampak negatifnya.
Good Morning, everyone! Have a good wednesday!
Klo masuk PT nya pk joki ato sogok, yaaa kena 10 taon pun gak cukup. Kecuali tamat S1 nya pun sogok..... XD
BalasHapus