Siapa Dia

Kamis, 14 Agustus 2014

Mahasiswa, Semester, dan Akhir

Bicara tentang tiga kata pada judul yang saling berkaitan diatas bagi saya adalah hal-hal yang paling saya kuasai saat ini. Saya seorang mahasiswa, saya sudah menempuh banyak semester, dan saya sedang di ujung akhir studi saya. Sudah cukup banyak hal yang saya lakukan selama empat tahun terakhir ini di kota perantauan saya. Dari hal yang membosankan sampai yang membuat ketagihan. Aktivitas yang rutin dan berat kadang membuat saya jenuh setengah mati. Harus ada sesuatu yang membuat saya tetap semangat menjalani perkuliahan (sekarang diganti menjadi penelitian). Ada dua hal versi saya untuk mengobati hal tersebut, olahraga dan main. Tapi yang menjadi kegemaran saya adalah main. Main sama teman-teman.

Bermain adalah kata lain saya untuk nongkrong. Saya tidak mau menyebut nongkrong karena terkesan maskulin, rokok, dan menghabiskan waktu sia-sia. Bermain juga suka disebut oleh teman-teman saya kongkow, nongki, dsb. Hobi bermain ini sudah saya jalani sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Kami bersekian orang berkumpul, bercerita, bergosip, becanda, kenal dengan orang baru, dan satu hal yang paling menyenangkan adalah makan. Hobi ini masih berlanjut sampai sekarang saya sudah di kota yang berbeda. 

Kenapa sih suka banget nongkrong. Itu pertanyaan beberapa teman kepada saya. Saya suka main (alias nongkrong) karena saat percakapan diantara saya dengan teman-teman atau seseorang digabung dengan makan itulah esensi quality time. Kita bicara, mengutarakan pikiran dan perasaan satu sama lain, bertukar informasi dan kabar, ditambah makan makanan yang enak.. it's so fun for me.

Namun, di penghujung studi saya sekarang bermain menjadi sedikit berkurang kesenangannya. Sebab ada satu hal yang pasti ada disetiap percakapan dengan siapa dan dimana saja. Sebuah pertanyaan yang cenderung dihindari bagi mahasiswa tingkat akhir dan lebih sensitif dibanding pertanyaan klise soal cinta. Pertanyaan tersebut adalah :

Kapan lulus?

Terdengar akrab, bukan? Bukan soal cinta lagi yang mampu membuat mahasiswa tingkat akhir galau dan gelisah tidak karuan. Bukan soal cinta lagi yang mampu membuat mahasiswa tingkat akhir tetiba hemat dan menjadi orang paling pintar menyimpan uang. Tidak lagi dan tak akan sampai kita memegang ijazah kita sendiri. Jujur, pertanyaan tersebut lebih seram dibanding pertanyaan tentang IPK. 

Tentu, pertanyaan kapan lulus menjadi pertanyaan wajib yang harus disampaikan dan dijawab saat kita sedang berkumpul bersama teman-teman dan juga keluarga. Apalagi kalau teman-teman juga bernasib sama seperjuangan, pertanyaan bagaimana perkembangan penelitiannya juga menyertai. 

Apakah menyenangkan tetiba topik pembicaraan diantara kopi dan pancake kita berubah? Saya akan menjawab tergantung. Ini akan menyenangkan bagi mahasiswa yang tepat waktu. Sedangkan bagi mahasiswa yang terlambat dari teman-temannya akan menjadi teror yang menghantui. Lalu kita akan salah tingkah, garuk-garuk kepala, menyibak rambut, dan meminum kopi didepan kita untuk menjaga stabilitas emosi dan perasaan kita. Jawaban yang bisa kita berikan dan penuh alasan adalah,
"Iya nih nunggu dosen pembimbing belum dateng.."
"Iya nih nunggu data belum kekumpul.."
"Iya nih masih bingung judulnya mau apa.."
Atau yang seadanya akan menjawab, "Yaaa.. Secepetnyalah.."

Sebenarnya semua pertanyaan yang berkaitan dengan lulus kuliah tidak melulu dilatarbelakangi sindiran dan basa-basi tapi juga motivasi dari orang sekitar untuk kita segera menyelesaikan kuliah. Jangan cepat tersinggung dan dibawa santai saja. Lakukan yang ingin kita lakukan. Kita yang menjalaninya jadi tidak perlu khawatir dan risau dengan omongan orang lain yang mencibir.

Kelulusan bukan semata-semata menyelesaikan masa studi dan memenuhi syarat anak berbakti. Kelulusan merupakan kewajiban dan tanggungjawab kita sebagai mahasiswa sekaligus anak untuk membuktikan kepada orangtua dan tentu diri sendiri bahwa kita mampu mengabulkan harapan mereka dan lebih dari itu mengabulkan cita-cita kita sendiri. Ralat, mengabulkan satu dari sekian cita-cita kita sendiri. 

Terakhir, saya punya cerita. Kemarin saat saya pulang kampung, saya mendapat candaan baru bahwa disaat kami bermain dan berkumpul terdapat aturan, yaitu jangan membicarakan hal yang berbau SARA(K). SARA(K) adalah singkatan dari Suku, Agama, Ras, Antargolongan, dan Kuliah. Mungkin bagi yang terganggu dengan pertanyaan kapan lulus atau bagaimana kuliahnya ini bisa dicoba. Hehe.

Terasa ada yang kurang? Bisa ditambah kok jadi SARA(KS) yaitu Suku, Agama, Ras, Antargolongan, Kuliah, dan Status :P 




2 komentar: