Apapun film yang pemeran utamanya Jesse Eisenberg sangat menarik perhatian gue. Alasannya adalah filmnya selalu unik, berbeda, dan perannya nggak jauh berbeda – nerdy and weirdo. Gue sukaaaa banget sama aktor yang wajahnya “aneh” semacam Michael Cera (Juno), Paul Dano (Ruby Sparks), dan tentunya si favorit Jesse Eisenberg. Film pertama yang bikin gue jatuh hati sama Jesse Eisenberg adalah The Social Networks. Mulai dari film tersebut gue berniat menonton semua filmnya, yang bagus maupun buruk. Film yang akan gue ceritain adalah salah satu film terbarunya, The Double.
The Double (2014) adalah film bergenre black comedy yang disutradarai dan ditulis oleh Richard Ayoade. Pemeran utamanya selain Jesse Eisenberg adalah Mia Wasikowska (Alice in Wonderland). Durasinya cukup singkat yaitu 93 menit saja. Film ini ternyata diadaptasi dari novel The Double karya Fyodor Dostoyevsky.
Gue belum pernah baca novel The Double jadi gue nggak bisa membandingkan adaptasi yang dibuat Ayoade pas atau tidak dari novelnya. Yang bisa gue perkirakan adalah novelnya pasti lebih bagus, lebih membingungkan, dan lebih menguras logika dibanding filmnya karena filmnya aja udah begitu gimana novelnya. Seperti biasa, untuk trailer dan sinopsis cari sendiri ya.
Dari ceritanya, The Double cukup membingungkan dan cenderung tidak jelas bagi yang nggak suka teka-teki. Gue dibuat untuk sebisanya tak menengokan kepala dan harus membuka pikiran selebar-lebarnya untuk mencerna ceritanya. Intinya gue dibuat fokus supaya bisa mengerti. Gue sempat menekan tombol backward beberapa kali karena hilang konsentrasi. Cerita film ini gue katakan membingungkan karena memang tidak dijelaskan secara gamblang kenapa Simon James (Eisenberg) tiba-tiba punya kembaran yaitu James Simon. James Simon datang darimana pun tidak diceritakan disana. Apalagi karakter Simon James yang tertutup dan aneh membuat film ini jadi makin dark dan gemesin. Iya gemesin karena pathetic banget Simon James diceritakan disana. Bener-bener nggak dianggap deh.
Tapi The Double punya sisi manis juga. Hal itu terlihat dari bagaimana Simon James memperhatikan (lebih menguntit sih sebenernya) teman sekantornya alias pujaan hatinya, Hannah (Mia Wasikowska). Walaupun agak nyeremin sih nguntitnya tapi jadi sweet saat Hannah tahu kalau Simon ngumpulin dan nyatuin semua kertas-kertas yang dia sobek, dia mainkan di ujung jari-jari tangannya, kemudian dia buang kedalam sebuah buku. Iya, jadi saat Hannah ngebuang kertas-kertas tersebut, Simon langsung berlari ke tempat pembuangan sampah dan nungguin potongan-potangan kertasnya, lalu disusun lagi seperti puzzle. Gue pribadi sih suka aja sama film yang ceritanya tipe begini. Menantang buat ditonton. Bergelut dengan berbagai tafsiran yang timbul didalam kepala untuk memecahkan berbagai pertanyaan yang ditinggalkan di sepanjang dan di akhir sebuah film is pretty fun for me, sometimes.
Dari settingnya, jelas film ini nggak akan disukai sama penonton yang nggak suka film ber-tone gelap dan bernuansa tua. Ya karena novelnya aja release tahun 1846 jadi kebayang kan gimana setting film ini. The Double jelas membosankan bagi penonton yang nggak seneng sama setting tempat yang itu-itu aja dan kostum dari pemainnya yang nggak ganti-ganti. Para aktornya sepertinya hanya berganti baju sekali deh.
Kalau dari pemainnya sih gue suka sama semua aktingnya. The most is Eisenberg’s role. Aktingnya untuk kedua peran yang karakternya bertolak belakang sangat meyakinkan buat gue. Ah, susah objektif sih. Sejauh ini gue suka semua peran yang dia mainin, hahaha…
Perasaan gue setelah selesai nonton The Double persis seperti saat gue selesai nonton Modus Anomali (Joko Anwar). Gue diantarkan pada sebuah kebingungan dan keheranan akan akhir cerita yang menjadi kesimpulan film. Walaupun begitu gue suka sama perasaan yang gue dapatkan. Artinya film ini, The Double menunjukkan bahwa filmnya nggak gampang ditebak dan kacangan. Dari IMDb skornya 7/10 dan dari Rotten Tomatoes ratingnya 83%. Cukup lah ya menurut gue angka-angka tersebut buat meyakinkan film ini cukup layak buat ditonton. Jadi, selamat berbingung ria!
Suka banget sama komedi satir kaya begini. Lebih suka ini dari Enemy yang lebih berat dengan kandungan metaforanya.
BalasHapus